#MalangRayaPunyaLiga , Malang Football League
Malang, sudah sejak lama dikenal sebagai tanah sepak bola
Indonesia. Walaupun Malang dikenal sebagai kota pendidikan dan wisata, namun
pamornya sebagai tempat berkembangnya sepak bola tidak bisa dipungkiri.
Mungkin, sejarah sepak bola di Malang tidak sekuat di Jogjakarta, Surabaya,
Bandung dan Jakarta yang memiliki klub sepak bola pengagas asosiasi sepak bola
Indonesia, PSSI. Namun, Malang punya andil dalam perkembangan sepak bola
nasional dari tim yang bermarkas disana.
Contoh kelekatan Malang dengan sepakbola dapat dilihat dari Arema
FC. Tim yang mencakupi Malang Raya ini masih eksis di liga tertinggi Indonesia,
Liga 1. Dengan Homebase di Malang dan memiliki basis supporter yang termasuk
terbesar di Indonesia, Aremania sudah menjadi buktinya. Belum lagi dengan
tim-tim lain seperti Persema, Persekam Metro FC, Persikoba, Arema Indonesia
yang juga punya basis supporter kuat serta tim-tim muda seperti ASIFA FC,
Singhasari FC, Sumbersari FC yang sudah mampu untuk berkancah di Liga 3 PSSI Asprov
Jawa TImur.
Saat ini, mulai muncul liga amatir yang dikelola oleh Liga
regional kota. Liga-liga amatir dinaungi oleh ASASI (Asosiasi Sepakbola Amatir
Seluruh Indonesia) yang memiliki cita-cita untuk memajukan sepak bola Nasional.
Sudah banyak kota-kota yang menyelengarakan Liga Amatir, salah satunya Malang
dengan Malang Football League atau disingkat MFL. Liga yang baru bergulir Juli
2019 ini diikuti oleh 14 tim dengan berbagai background. Untuk saat ini, masih
terdapat satu liga, yaitu Liga Super 1 MFL. Ada tim yang berasal dari Komunitas
seperti Asli Malang, tim dari desa kelurahan/ kecamatan seperti Arpal FC,
Arjowilangun FC.. Jangkauan MFL termasuk besar, karena tim-tim pesertanya
berasal dari Malang Raya. Ada Arjuna FC yang berasal dari Lawang, Semeru FC
yang berasal dari Poncokusumo.
MFL sendiri menjalankan pertandingannya di Stadion
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada hari Sabtu dan Minggu. Dalam
seharinya, terdapat tiga hingga empat pertandingan yang dilaksanakan. Sebagai
Liga baru, Malang Football League berusaha untuk mengelola liga ini dengan
professional dan inovasi-inovasi yang bahkan kadang lebih keren dibanding liga
professional.
Pertama, Tiket.
Tiket kini tak hanya sebagai tanda bukti, namun juga
pemasukan dalam industry sepak bola. Malang Football League memiliki cara unik
dalam penjualan tiketnya. MFL yang disponsori oleh De Chicken, Restoran cepat
saji di Malang menawarkan penawaran dengan tiap kali pembelian produk khusus di
De Chicken, akan gratis mendapatkan tiket pertandingan MFL. Metode penjualan
offline seperti ini bagi saya cukup -out of the box- dibandingkan metode
konvensional. Tak hanya itu, MFL juga bekerjasama dengan Loket.com untuk
penjualan tiket online. Dengan dibandrol Rp.10.000,- , kalian dapat mengantongi
tiket pertandingan MFL satu hari yang dapat digunakan untuk dua orang. Dengan
kata lain, per orang hanya perlu mengeluarkan uang Rp.5.000,- agar dapat
menikmati tiga hingga empat pertandingan. Harga yang cukup murah untuk hiburan
seperti ini.
Oh iya, tambahan. MFL juga bekerjasama dengan Bank Sampah
Malang (BSM), sehingga pembelian tiket MFL dapat dibayar mengunakan sampah.
Kurang keren gimana coba? Anda cinta sepak bola dan lingkungan? Ini jawaban
yang cocok untuk anda.
Kedua, VAR
Iya, Malang Football League mengunakan VAR (Video Assistant
Refree) dalam menjalankan pertandingannya. Walaupun bukan yang pertama, karena
Bandung Premier League yang menginisiasikan, bagi saya ini merupakan gebrakan
bagus. Maklum, kita kadang kecewa dengan kualitas pertandingan Indonesia yang
kadang dikacaukan dengan keputusan wasit yang kontroversional hingga tak masuk
akal. Banyak supporter yang meminta VAR ada di Liga 1 misal, namun dari
pengelola Liga, mereka hanya menjadi wacana. Namun pada liga amatir, mereka
mampu menyediakan. Memang, VAR disini bukan sekelas VAR pada pertandingan Piala
Dunia maupun Liga Inggris. Namun, hal ini sudah menjadikan bukti komitmen
mereka untuk memajukan sepak bola Indonesia melalui pengelolaan liga yang baik,
professional dan berkualitas.
Ketiga, pengelolaan tim dan liga.
Dalam menjalankan liganya, MFL dibantu oleh banyak dukungan
sponsor dan klub-klub pesertanya. Banyaknya sponsor ini membuktikan bila Malang
Football League memiliki value. Padahal, MFL sendiri baru melaksanakan liga
perdananya di tahun 2019 ini. Ketika liga sering menunda kick-off karena
masalah sponsor dkk, MFL malah kebanjiran sponsor. Ini dari Liga, belum lagi
klub-klub mereka. Klub klub MFL sendiri juga memiliki supporter penyokong
sendiri, contohnya Isshoni FF yang memiliki banyak sponsor yang terpampang di
jerseynya. Belum lagi tim lain juga memiliki sponsor yang rata-rata berasal
dari Unit Usaha Kecil dan Mikro (UKM). Ini juga bentuk bila pelaksanaan MFL
juga memiliki peran ekonomi yang berdampak dan berkelanjutan. Dengan kata lain,
mendukung tim MFL, juga mendukung UKM-UKM. Nice.
Pengelolaan klub tak hanya masalah keuangan, namun juga
masalah pemain. Walaupun sebatas liga amatir, MFl juga memperlakukan
aturan-aturan yang meningkatkan kualitas liganya. Contohnya, ada peraturan
bahwa tiap klub wajib mendaftarkan berberapa pemain U-22 (Seingat saya itu,
koreksi bila salah). Hal seperti ini merupakan bentuk pewadahan bakat-bakat
pemain muda agar berkembang. Belum lagi ada peraturan untuk merekrut pemain
eks-liga pro. Hal ini untuk meningkatkan kualitas pertandingan agar berjalan
lebih kompetitif. Mungkin sejenis pemain asing pada liga professional.
Alih-alih membuat pertandingan timpang, malah membuat pertandingan makin
kompetitif.
Keempat, Branding.
Di era seperti saat ini, branding dan exposure memiliki
nilai yang besar dan esensial. Malang Football League dengan
#MalangRayaPunyaLiga membuktikan nilai dan value-nya dari branding yang ada.
Pada dunia maya, MFL sering aktif pada media social seperti Instagram dan
menayangkan Live Match di channel Youtube-nya. Serta untuk mengetahui jadwal
pertandingan dan seluk-beluk MFL, bisa langsung mengecek website mereka di
malangfootball.id.
Selain itu, kekuatan branding juga ada maskotnya, Sam Ongis.
Ongis yang merupakan kebalikan dari Singo yang telah mempresentasikan bila
Malang adalah Kota Singa. Singa bewarna biru ini ingin menunjukan bila ia taka
da mascot dari MFL, namun juga Maskot dari sepak bola Malang Raya. Berlaku pula
pada bola yang digunakan. Baraka, merupakan nama resmi dari official ball dari
MFL. Diproduksi oleh April, usaha pembuat bola olahraga local. Hal-hal kecil
seperti ini kadang dianggap remeh, padahal hal seperti ini patut diperhatikan
dan mampu menjadi tolok ukur akan kesungguhan dalam membentuk branding pada
suatu liga.
Langkah selanjutnya dari MFL
Malang Football League memang masih baru, namun tidak
menghalangi mereka untuk tetap berinovasi. Rencananya, mereka akan
menyelenggarakan Liga Wanita Amatir, Women MFL. Seolah mengikuti hype dari
munculnya Liga 1 Putri, MFL juga tak mau ketinggalan peran. Serta, mereka juga
akan menyelenggarakan Liga Super 2 MFL yang tak langsung menandakan akan ada
sistem promosi-degradasi pada MFL.
Bagi saya pribadi, Malang Football League
adalah bukti konkret akan kepeduliaan pengembangan sepak bola di Malang Raya,
sehingga sudah pantas bila #MalangRayaPunyaLiga disematkan pada Malang Football
League. Maka perlu dukungan dari berbagai sector dan pihak agar liga kebanggaan
warga Malang Raya tetap hidup dan berkembang. Mungkin saja, MFL tahun depan
bisa menyelenggarakan pertandingannya di Stadion Gajayana atau stadion bertaraf
Liga Profesional.
MFL, saya bangga denganmu dan siap berpartisipasi pada
langkah-langkahmu selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar